credit : Fokusmetro.com |
“Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji:
bahwa saya, akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota/ketua/wakil ketua Dewan
Perwakilan Rakyat dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan
bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara dari pada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan;
bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan
tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Demikian bunyi
sumpah anggota DPR sebagaimana diatur dalam Tatib DPR bab III Pasal 10. Sungguh
indah syairjanji yang dilantunkan para wakil rakyat tersebut. Namun sayangnya kenyataan
yang ada tak pernah seindah bait-bait sumpah yang terucap. Diantaranya sekian banyak
kasus yang menjerat para anggota DPR, korupsi merupakan kasus yang tiada hentinya
berdengung dari satu periode ke periode berikutnya.
Rasanya berita
tentang korupsi tak pernah absen dari kolom surat kabar dan juga media massa lainnya.
Hal ini mungkin sangat wajar mengingat Indonesia merupakan salah satu negara terkorup
di kolong langit ini.Para tikus berdasi tak henti-hentinya mengeruk harta negara
demi kepentingan pribadi dan melupakan segala janji surga yang pernah dikumandangkan
sebelum meraih jabatannya. Padahal korupsi nyata-nyata telah menggerus tiap sendi
kehidupan, merampas hak asasi rakyat Indonesia juga merendahkan martabat bangsa
di mata buana.
Kini saatnya
jajaran DPR Periode 2009-2014 lengser dari kursi mereka dan pemilihan untuk menentukan
para wakil rakyat yang baru kembali digelar. Beberapa diantara mereka mencoba peruntungannya
kembali dengan mengikuti pemilu legislatif 2014 ini. Lagi-lagi para caleg usungan
partainya itu mengumbar janji nirwana demi meraih simpati publik untuk sebuah
kemenangan pribadi dan partai. Jika digarisbawahi, kebanyakan untaian kata yang
mereka serukan saat kampanye adalah janji untuk mensejahterakan rakyat dan membumihanguskan
budaya laten korupsi dari bumi pertiwi ini.
Entahlah,
apa Kriteria parpol dalam menentukan kader terbaik yang ia usung. Pertanyaannya
adalah benarkah mereka yang berhasil duduk di parlemen nantinya akan mengingat janjinya
dan bekerja sepenuh hati untuk rakyat ataukah hanya untuk kepentingan pribadi dan
partai. Secara pribadi, saya berharap para caleg tersebut memiliki beberapa
modal berikut ini agar kelak menjadi wakil rakyat impian.
Berharta.
Ini penting mengingat belanja untuk keperluan kampanye membutuhkan dana yang
tidak sedikit. Jika dana yang dimiliki para caleg tidak cukup bisa saja ia menggunakan
dana pinjaman untuk menutupi kekurangannya. Jika dana tersebut pinjaman otomatis
harus dikembalikan entah caleg tersebut berhasil meraih kursi
jabatan atau tidak. Nah, jika ia berhasil melenggang sebagai wakil rakyat sangat
dikhawatirkan kerjanya hanya berkonsentrasi untuk melunasi utang-utangnya dan mencoba
mengembalikan modal kampanye sesegera mungkin. Akhirnya, janji untuk mengurusi rakyat
terlantar begitu saja karena terlalu sibuk mengurusi diri sendiri. Sebaliknya,
jika sang calon tidak memenangi pemilu bisa
saja ia menghuni rumah sakit jiwa akibat tidak kuat mental dan stress harus melunasi
utang-utangnya. Para legislatif yang sudah memiliki keuangan yang cukup dari awalnya
diharapkan bisa benar-benar berkonsentrasi merealisasikan janji-janjinya pada rakyat
karena tidak melulu mengurusi perut yang kurang gizi.
Berilmu. Tentu
rakyat Indonesia tidak mau nasib mereka diwakilkan kepada orang tidak mumpuni keilmuannya.
Berbekal ilmu yang cukup diharapkan para wakil rakyat semakin cakap dalam menjalankan
amanah dari rakyat. Dengan menelurkan ide-ide cemerlang dan ketangkasan dalam bekerja
sehingga program-program mulia yang ia usung segera terwujud secara nyata.
Berprinsip.
Dengan prinsip yang teguh diharapkan para wakil rakyat tidak sekedar menjadi boneka
bagi partainya. Tidak bekerja hanya untuk kepentingan partai melainkan menjadikan
partainya sebagaij embatan untuk meraih kursi jabatan demi mewujudkan ide, niat
dan janji mulia mensejahterakan rakyat Indonesia pada umumnya dan masyarakat daerah
pemilihan masing-masing pada khususnya.
Beriman.
Iman yang kuat merupakan pondasi paling kokoh yang harus dimiliki setiap umat beragama
utamanya para wakil rakyat sebagai pengemban amanah. Sudah memiliki harta yang
melimpah, memiliki bekal ilmu yang cukup dan prinsip yang teguh tidak selamanya
membuat manusia (dalam hal ini wakil rakyat) berhasil menjadi pemimpin yang baik jika tidak beriman. Tanpa iman,
orang akan tetap serakah meski sudah kaya raya. Tanpa iman yang kuat, ilmu yang
dimiliki dapat disalahgunakan untuk kepentingan yang tidak baik seperti korupsi.
Prinsip yang kuat juga dapat goyah kapan saja ketika seseorang tidak memiliki iman.
Pemimpin/wakil rakyat yang beriman diharapkan tidak bekerja hanya demi harta semata,
tidak menggunakan kecerdasannya untuk membohongi serta membodohi rakyat yang
telah memilihnya juga tidak hanya menjadi perpanjangan tangan partai untuk
meraih keuntungan golongan.
Tiliklah deret
kata pada kalimat sumpah di atas! Begitu sakral janji tersebut hingga dimulai dengan
kata “demi Allah (Tuhan)”. Janji atau sumpah dengan menyebut nama sang maha pencipta
merupakan janji tertinggi dan tidak boleh dilanggar. Janji tersebut disaksikan dan
ditujukan tidak hanya kepada manusia tetapi juga pada yang Esa. Sehingga bagi
orang yang beriman tentu pantang melanggar janji dan sumpahnya itu. Bayangkan saja
bila semua wakil rakyat adalah orang yang beriman dan tidak ada yang melanggar sumpah,
tentu tidak akan ada praktek korupsi, kolusi maupun nepotisme di negeri ini. Pemimpin
yang mengayomi dan kesejahteraan rakyat dapat tercapai dengan pemerintahan yang
bersih. Mari kita lihat parlemen periode depan, adakah wakil rakyat impian itu?
Semoga wakil rakyat yang terpilih untuk periode 2014-2019 bisa mengemban tugas dari rakyat dengan baik, tidak korupsi mulu *eh
ReplyDeletetp kan pd kenyataannya pemilu skrg lbh mengerikan dr pemilu skrg mak...alamat koruptor semakin menjamur...
DeleteMoga2 aja mak. Tadi pengin golput, tapi akhirnya nyoblos. Setelah nyoblos malah gak nyaman lihat intrik2 kaolisi :(
ReplyDeleterakyat hny dijadikan tumbal politik mak, saat kampanye seakan mereka adl super hero namun ketika berhasil melenggang k kursi jabatan hny mengurusi perut sendiri...
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletebaca sumpah diatas jadi merinding...dewan yang korupsi dan meninggalkan amanah itu ternyata hati dan otaknya diselimuti oleh setan kali ya...coba baca lahi deh sumpah itu...ngeriiih pertanggungjawabannya kan
ReplyDeleteSumpah atas nama Tuhan tentunya sangat sakral dan merupakan sumpah terringgi. hanya saja sumpah luhur seperti ini pun nyatanya dpt dg mudah dilanggar oleh demit2 parlemen kita...
DeleteDuh...sumpah yang selalu bikin miris, karena mayoritas dengan mudahnya selalu dilanggar :(
ReplyDeleteSaat melanggar, mgkn mereka sdg tdk ingat pernah bersumpah pada yg Esa. Allah saja dikhianati apalagi cuma rakyat jelata...
Delete