Oleh : Jaya Suprana |
Beberapa hari yang lalu saya membaca berita yang cukup membanggakan dari http://biofarmaka.ipb.ac.id yaitu terkait rencana Kemendikbud mengusulkan JAMU sebagai Warisan Kebudayaan Dunia Karsa dan Karya Bangsa Indonesia kepada UNESCO. Namun, saya juga setuju dengan pendapat Bapak Jaya Suprana bahwa perjuangan tersebut akan muspra begitu saja ketika rencana ini tidak mendapat respon yang baik dari berbagai kalangan khususnya mereka yang bergelut di dunia perjamuan seperti pemerhati jamu, penjual jamu, petani jamu bahkan pelaku industri jamu. Untuk itu saya membuat tulisan ini sebagai bentuk dukungan kepada rencana tersebut.
Jamu yang memang telah menjadi tradisi pengobatan sejak jaman nenek moyang dimana saat itu memang belum terdapat dunia farmasi seperti saat ini. Namun pamor jamu ternyata tak lekang oleh waktu dan tak pernah ketinggalan jaman. Meski obat-obatan kimia kian menjamur dimana-mana toh tak akan menyamai khasiat dan alamiah dari jamu. Ketika segelas jamu dapat menggantikan fungsi obat akan tetapi sebutir obat belum tentu dapat menyamai khasiat jamu.
Para ratu pada jaman kerajaan bahkan menggunakan jamu untuk kecantikan ragawi mereka. Nyatanya kebiasaan itupun menular pada perempuan modern generasi millennium yang membedakannya hanya peralatan pembuatan jamu saja dimana dulu bahan-bahan tersebut dihaluskan dengan alu dan lumpang, saat ini jamu banyak yang diproses secara pabrikan tanpa mengubah khasiatnya. Sebut saja Temulawak yang terdapat dalam lulur atau daun Kemuning yang digunakan untuk bedak dan masih banyak lagi lainnya. Banyak sekali yang dapat dijadikan bukti bahwa jamu dan masyarakat pribumi tak pernah terpisahkan sejak dulu maupun kini dan nanti.
Saya adalah salah satu orang yang sangat berbangga ketika jamu dinobatkan sebagai Intangible Cultural Heritage oleh UNESCO nantinya, semoga harapan ini segera terwujud. Bukan tanpa alasan saya menyatakan diri demikian karena sejak kecil saya memang sudah dikenalkan dengan jamu oleh orang tua saya. Bahkan orang tua saya juga mengais rejeki dari jamu hingga saya dan adik-adik saya dapat memperoleh kehidupan dan pendidikan yang layak. Bagi saya dan keluarga jamu bukan sekedar tradisi atau budaya tetapi JAMU ADALAH PAHLAWAN. Entahlah harus dengan ekspresi bagaimana lagi saya menunjukkan kebanggan saya terhadap jamu yang jelas saya sangat sepakat bahwa jamu adalah budaya bangsa yang harus dilestarikan!!!
MENJAMURNYA PENGOBATAN ALTERNATIF
Salah satu bukti eksisnya jamu sepanjang jaman selain jamu gendong adalah praktek pengobatan alternatif/herbal. Bukan pengobatan herbal dari negeri tetngga yang saya maksudkan disini tetapi benar-benar pengobatan alternatif yang digeluti oleh orang Indonesia asli yang memiliki pengetahuan lebih tentang pengobatan tradisional. Meski tempat-tempat medis seperti rumah sakit dan sejenisnya selalu penuh dengan pasien disisi lain praktek pengobatan tradisional juga tak pernah sepi peminat. Terapi yang mereka berikan dapat berupa pijatan atau yang lainnya namun pada sesi akhir pengobatan biasanya mereka tak lupa memberikan jamu sebagai penunjang terapi sebelumnya. Jamu yang mereka gunakan bahannya juga bukan yang harus didatangkan dari luar negeri yang harganya selangit namun berbagai jenis empon-empon yang tumbuh di bumi Nusantara.
Tidak semua terapis tersebut menjual jamunya dalam bentuk siap saji namun ada beberapa dari mereka yang hanya menyodorkan resep kepada pasien. Saya mengetahui hal ini dari orang tua di Madiun dan teman kerja saya di Situbondo yang pernah mencoba jasa pengobatan alternatif (bukan dukun). Saya pernah membaca rangkaian resep yang diberikan oleh sang terapis dimana dalam catatan tersebut ternyata berisi bahan-bahan jamu yang ada disekitar kita seperti kunyit, temulawak, butrowali, daun jati belanda dan lain sebagainya. Bagi terapis yang tidak sekaligus menjual jamu biasanya memang menyuruh si pasien untuk mencari bahan-bahan tersebut sendiri.
Bagiamanapun juga kehadiran praktek pengobatan tradisional tidak bisa dipandang sebelah mata. Justru keberedaan mereka menjadi salah satu bukti eksistensi jamu di era farmasi.
MEMBUDAYAKAN APOTEK HIDUP
Menurut saya jamu itu selalu lebih baik dari pada obat konvensional. Selain alami, menyegarkan, murah meriah juga minim residu berbeda ketika kita mengkonsumsi obat kimia dalam jangka tertentu. Apalagi di jaman yang serba mahal ini, terkadang rupiah yang tersedia di dompet tak mampu menebus obat dari apotek terutama bagi kaum ekonomi lemah. Disaat obat tak dapat dijangkau atau kehadirannya malah dapat memicu hal-hal yang yang tidak diinginkan maka harapan terbaik dapat beralih pada jamu. Untuk memperoleh bahan-bahan jamu juga tidak selalu merepotkan apalagi jika kita memiliki “apotek hidup”di rumah.
Memiliki hunian yang asri dengan berbagai jenis tanaman hias pasti sangat menentramkan. Nah, bagaimana jika tanaman-tanaman hias anda diganti atau disandingkan dengan tanaman jamu. Selain tetap memperoleh kesan asri juga dapat memberikan manfaat apabila kita butuhkan sewaktu-waktu. Di sekitaran rumah saya dan saudara-saudara banyak dikelilingi tanaman jamu loh. Jika kita mau menata tanaman jamu dengan baik, indahnya tidak kalah dengan tanaman bunga. Tanaman jamu juga tidak selalu memakan lahan yang banyak karena bisa juga ditanam dalam pot seperti halnya bunga hias.
Tanaman jamu seperti kunyit, kunci, jahe, kencur, laos dll dapat menjadi bumbu sehat di dapur anda. Sedangkan tanaman seperti beluntas, pepaya dan mengkudu selain berguna untuk jamu juga dapat dimanfaatkan daunnya sebagai sayuran sehat. Wow, ternyata tanaman jamu selain sedap di mata juga sedap di lidah dan badan ya J. Yuk, mari bergaya hidup sehat dengan membudayakan apotek hidup!!! Berikut ini saya tampilkan beberapa jenis tanaman jamu hasil jepretan saya beberapa waktu yang lalu di rumah saya dan sekitarnya.
Beberapa gambar di atas hanyalah sebagian saja dari tanaman jamu koleksi kami dan orang-orang disekitar rumah kami. Daun sirihnya itu ada di rumah sepupu yang kebetulan rumahnya berada di belakang rumah saya. Daun sirihnya itu merambat di dinding loh dan bentuknya melebar, jadinya semacam graffiti hidup yang terlihat indah. Sedangkan daun beluntasnya ada dibelakang rumah tante yang rumahnya bersebelahan dengan saya. Kebetulan kami memang tinggal di kampung sehingga rumah antar saudara banyak yang berdekatan.
Mau tahu lebih lengkap tanaman jamu di tempat kami, yuk silahkan berkunjung ke kampung kami!
BANGGANYA PUNYA KAMPUNG JAMU
Berbicara tentang jamu tidak hanya tentang khasitnya yang menakjubkan untuk kesehatan badan tetapi juga tentang rupiah. Jamu telah terbukti dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang menggeluti bidang tersebut. Mulai dari petani jamu, penjual jamu gendong, penjual jamu seduh, berdagang bahan jamu hingga usaha pabrikan jamu. Mencari nafkah dengan jamu juga banyak dilakukan oleh warga di kampung saya.
Seperti yang saya utarakan di atas bahwa orang tua saya mencari rejeki dengan jamu, lebih tepatnya bahan jamu alias empon-empon. Hal tersebut dimulai ketika Bapak saya memustuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai kuli besi di Surabaya. Berawal dari seseorang yang memesan kunyit sewaktu Bapak saya pulang kampung akhirnya kini Bapak berhasil menekuni usaha di bidang ini, Alhamdulillah. Dulunya sih orang-orang membiarkan tanaman jamunya begitu saja dan hanya digunakan untuk kepentingan pribadi. Namun saat ini tanaman jamu telah menjadi komoditi penting dan menjadi bagian hidup masyarakat di tempat kami.
Bahan-bahan jamu tersebut kebanyakan berasal dari kampung kami dan sekitarnya tetapi ada juga yang berasal dari luar daerah. Warga di kampung kami mayoritas memang petani namun juga menanam tanaman jamu di tegalan, pekarangan dan mbaon (ladang di hutan). Tanaman jamu yang mereka tanam tersebut ketika waktunya dipanen akan dijual dalam kondisi basah (utuh) atau sudah dikeringkan. Banyak petani yang menjual empon-empon dalam kondisi kering karena harganya lebih tinggi daripada kondisi basah. Selain itu kualitas barang juga menentukan harga jual. Biasanya hal-hal yang diperhatikan untuk kualitas bahan jamu kering adalah tebal tipisnya irisan, (untuk yang berjenis umbi), kering tidaknya barang hingga ada atau tidaknya jamur yang menempel. Ketika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi maka harga barang akan berbeda dari yang seharusnya.
Sampai saat ini sih usaha jamu di tempat kami masih sebatas jual beli bahan-bahan jamu. Saya berharap semoga suatu saat terbuka lini usaha baru seperti memproduksi jamu bubuk kemasan atau malah industri jamu dalam skala besar, amin ya Rabb. Selama ini orang-orang kalau membuat jamu hanya untuk keperluan keluarga saja seperti jamu untuk pegal linu, diabetes bahkan penyakit liver. Berikut ini beberapa gambar bahan jamu kering yang siap jual.
Oya, tidak semua empon-empon yang dijual merupakan hasil dari menanam. Banyak yang di dapat dari hutan secara Cuma-Cuma seperti butrowali, kayu rapet, daun kemuning, sambiloto, sogok tunteng dan masih banyak lagi yang lainnya. Beberapa gambar di atas hanya mewakili dari sekian banyak bahan jamu di tempat kami. Hasil bumi dari tempat kami baik yang ditanam maupun yang diperoleh dari hutan yang belum disebutkan atau terdapat dalam gambar di atas antara lain temu giring, temu hitam, temu campur, kunci, pule pandak, cabe, merica buntut, daun dhadap, tapak liman, daun keter, daun sirih hutan, secang, mahoni, kedawung, bangkle dan masih banyak lagi. Sekali lagi saya katakan, monggo jalan-jalan di “kampung jamu” kami ^_^.
SEHAT DENGAN JAMU
Jika di atas telah saya tulis mengenai bahan-bahan jamu selanjutnya saya akan menunjukkan kisah nyata sehat dengan jamu. Kisah ini saya angkat dari pengalaman luar biasa rekan kerja saya. Saat ini saya sedang bekerja di kota santri Situbondo dan perkenalkan rekan kerja saya namanya Riris beliau asli Bondowoso.
Foto kanan (Mbak Riris) |
Singkat cerita beberapa tahun yang lalu setelah mbak Riris mengalami pendarahan selama satu bulan pergilah ia memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam dan didiagnosa menderita penyakit kista. Saat itu dokter menyatakan bahwa mbak Riris harus melakukan operasi atau menjalani pengobatan rutin alias obat jalan. Saat itu kondisi keuangan beliau tidak memungkinkan dilakukannya operasi sehingga beliau memilih rawat jalan. Namun hal tersebut juga tidak berlangsung lama karena kondisi ekonomi yang cupet. Bertahun-tahun tidak memeriksakan diri ke dokter beliau mendapat info ada pengobatan tanpa operasi. Saat mendatangi tempat yang dimaksud alangkah kagetnya mbak Riris saat diberitahu diameter kistanya membesar beberapa kali lipat dari ukuran semula (maaf tidak saya sebutkan untuk menjaga privasi). Sayangnya pengobatan yang dimaksud mengharuskan mbak Riris bertandang kesana beberapa kali dan menebus resep yang cukup mahal. Lagi-lagi mbak Riris harus menghentikan langkahnya karena alasan rupiah. Beberapa lama waktu berlalu begitu saja tanpa ada pengobatan berikutnya. Kemudian disaat kondisi frustasi beliau mendapat cerita dari temannya yang menderita kanker payudara dan sembuh dengan jamu hasil rebusan daun sirsak. Meski tak yakin dengan hasilnya beliau mencoba resep dari si teman tersebut. Mbak Riris meminum ramuan daun sirsak setiap hari pagi dan sore selama beberapa bulan tetapi tidak memeriksakan diri lagi kedokter karena beliau berharap segera punya tabungan untuk operasi.
Pucuk dicinta ulampun tiba, mbak Riris mendapatkan rejeki nomplok yaitu bonus dari perusahaan dan ada bantuan dari seseorang. Dengan semangat empat lima beliau mempersiapkan diri untuk melakukan operasi pengangkatan kista. Beliau sudah mengajukan cuti untuk waktu yang cukup lama, membeli keperluan operasi dan pasca operasi bahkan sudah ditentukan waktu operasinya. Subhanallah, ketika beliau diperiksa oleh dokter ternyata kistanya mengecil dan TIDAK PERLU OPERASI. Namun mbak Riris kurang percaya dengan hasil tersebut hingga akhirnya dia mendatangi dokter penyakit dalam di tiga tempat yang berbeda namun semuanya menyatakan tidak perlu dilakukan operasi bahkan salah satu dokter menyakatan kistanya sudah tidak ada. Sungguh luar biasa ya kasiat jamu. Oya, karena masalah kista tersebut mbak Riris belum dikaruniai momongan meski telah lima tahun menikah. Namun setelah dinyatakan bahwa kistanya mengecil atau sembuh kini beliau sedang melakukan promil alias program hamil. Jika dulu dia mendatangi dokter spesialis penyakit dalam kini dia mendatangi dokter kandungan hehehe. Semoga cepat berhasil ya mbak program hamilnya, amin.
Resep mujarab yang diminum mbak Riris tersebut adalah sebagai berikut : Ambil daun sirsak sebanyak 21 lembar kemudian rebus dengan 6 gelas air. Tunggu hingga air menyusut menjadi 2 gelas. Minum ramuan ini 1 gelas di pagi hari dan 1 gelas lagi untuk sore hari.
Daun sirsak memang telah lama dikenal memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Bagi anda yang ingin mencoba resep tersebut sebaiknya ditanyakan kepada yang lebih ahli terlebih dahulu karena kondisi bisa berbeda. Kalau saya sendiri kebetulan jarang sakit, hanya saja ketika sedang haid kadang terasa nyeri. Nyeri tersebut dapat segera hilang dengan meminum ramuan air kunyit. Kunyit diparut dan diperas untuk diambil airnya kemudian diminum. Bagi yang tidak suka terlalu getir dapat ditambahkan sedikit air dan campurkan gula atau madu.
Nah itu tadi merupakan kisah kehebatan jamu, resep dari mbak Riris juga dari saya. Anda sekalian juga punya cerita dan resep jamu khan? Yuk, dishare disini :].
MY PASSION FUTURE
Saya, anda dan kita semua masyarakat Indonesia tentu setuju kan jika jamu itu merupakan budaya bangsa yang harus dilestarikan? Sebagai bentuk kepedulian saya akan hal tersebut saya akan membuat blog khusus jamu yang semua isinya berkaitan dengan jamu baik bahan, manfaat, resep dan lain sebagainya. Saya juga bercita-cita ingin berjualan jamu dengan cara unik, saya ingin orang-orang khususnya anak muda tidak lagi memandang sebelah mata terhadap jamu.
Untuk blog jamunya sendiri karena bidang akademis saya bukan agriculture atau sejenisnya maka agar saya tidak memberikan fakta yang salah, saya akan memanfaatkan literatur terpercaya. Misalnya saat saya ingin berbicara tentang beluntas, link ini merupakan salah satu sumber yang kredibel http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/592-herbal-plants-collection-beluntas. Semoga rencana ini segera terwujud, amin.
Apapun bentuk dukungannya yang jelas mari kita dukung jamu Indonesia untuk lebih go internasional dan mendapatkan pengakuan dari UNESCO!
MARI KITA LESTARIKAN JAMU SEBAGAI BUDAYA BANGSA!!!
Karena JAMU ITU INDONESIA BANGEEEEEEEET
Referensi diambil dari biofarmaka.ipb.ac.id :
Referensi foto :
Koleksi Pribadi
back to nature.....
ReplyDeleteyups itulah yang harus kita lakukan skarang
nggak bisa dipungkiri obat2an jaman skrang campurannya udah macem2 ga jelas, karena itu jamu tradisional jadi salah satu alternatifnya
heheheh
artikelnya bermanfaat nih sist, sory baru berkunjung sekarang ^_^
sukses ya
bener gan, jamu memang lbh alami dan berkhasiat...
Deletemakasi dah mampir ya :)
Jamu budaya Indonesia yang patut kita lestarikan, selain nilai manfaat kesehatan dan kesejahtraan sosial, juga nilai-nilai luhur dari akar budaya bangsa sendiri. Makasih..
ReplyDeleteJamu...jamu..ditempat kami jamu sangat populer untuk berbagai keperluan kesehatan, terimakasih sudah berbagi pengetahuan dalam artikel ini. Lestari jamu, lestari budaya Indonesia.
ReplyDeleteMohon maaf br bls...halah kayak sms ajah hihihi
ReplyDeleteTerima kasih ya sudah mampir.
Semoga jamu sbg warisan leluhur senantiasa jaya selalu... :)
Saya salah satu pemerhati budaya Indonesia juga. Artikelnya bagus, kalau berkenan silakan juga berkunjung ke blog saya di indraekspresi.blogspot.com :)
ReplyDelete