Pengen
untung malah jadi buntung, pengen cantik malah jadi penyakit! Begitulah
sekiranya rendaan kata yang tepat bagi para kaum hawa yang mendambakan
kecantikan fisik dengan cara yang tidak “mencantikkan”. Sejauh ini parameter
untuk sebuah kecantikan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih berkutat
pada kulit putih dan berlomba-lomba mendapatkannya secara instan. Akhirnya
berbagai cara pun dilakukan untuk mendapatkan kulit idaman, mulai dari membeli
kosmetik asing yang tak jelas asalnya hingga
kosmetik yang mengandung bahan berbahaya seperti merkuri dan hidrokinon.
Iming-iming harga murah sering kali mengelabui para penjaja make up ini.
Sebenarnya
tak jarang terungkap kasus-kasus peredaran kosmetik palsu dan beracun yang
diberitakan oleh berbagai media masa. Seperti halnya beberapa waktu yang lalu
diberitakan oleh Radar Banyuwangi (25/7),
Satuan Narkoba Polres Banyuwangi menggerebek sebuah Home Industry pengemasan kosmetik di Kecamatan Giri Banyuwangi
karena sebagian produk diduga tak berizin. Di tempat tersebut polisi menemukan
sejumlah produk beserta bahan baku, mulai dari shampoo, anti acne, whitening,
hand body dan sabun muka. Pabrik yang memiliki dua gudang dan satu ruang
produksi ini ternyata telah beropreasi sejak Desember 2012 dan barang hasil
produksi beredar di pasaran sekitaran Banyuwangi. Lihatlah gambar di bawah ini,
betapa tidak layaknya ruang produksi kosmetik tersebut, jauh dari kesan higienis.
Gambar :
Proses produksi kosmetik diduga illegal
Sumber : Radar Banyuwangi edisi 25 Juli 2013
|
Sehari kemudian harian Jawa Pos (26/7) juga memberitakan terkait peredaran kosmetik beracun. Hanya saja di tempat yang berbeda yaitu di kota Mojokerto. Pada (25/7) kemarin jajaran Polres Mojokerto berhasil menghentikan ribuan kosmetik illegal siap edar. Kosmetik-kosmetik tersebut dinilai berbahaya karena mangandung hidrokinon dan merkuri. Tak tanggung-tanggung kosmetik beracun siap edar tersebut ditemukan sebanyak satu pikap.
Selain
kosmetik dengan kandungan bahan berbahaya dan tanpa izin edar, polisi menduga
tersangka memalsu kosmetik. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya kemasan dan
bungkus kosmetik berbagai merek terkenal (Citra dan Ponds) dirumah tersangka.
Tentu saja produk-produk ini sama sekali tidak ada jaminan kesehatan terhadap
si pemakai.
Saya
yakin ditempat lain selain Banyuwangi dan Mojokerto juga banyak kosmetik
beracun dan palsu yang beredar di pasaran. Sebagai konsumen hendaknya kita
waspada dan cermat dalam membeli kosmetik apalagi yang penggunaannya jangka
panjang. Harusnya kita sebagai wanita bijak lebih mementingkan kesehatan
daripada “cantik” namun dapat memicu berbagai penyakit seperti kanker, hiiiii.
Pernah
suatu hari ketika pulang kerumah, saat membersihkan kamar ibu saya menemukan
produk face toner dengan kandungan
hidrokinon, pada kemasan produk tersebut jelas-jelas tercantum kandungan
hodrokinon, namun yang saya heran kenapa terbeli oleh ibu saya. Usut punya usut
ibu tidak mengenal istilah yang terpampang pada kemasan produk tersebut.
Akhirnya sebelum pemakaian berlanjut saya membuang jauh-jauh produk tersebut
dan memberitahu pada ibu bahwa kosmetik tersebut mengandung bahan berbahaya
yang dapat memicu kanker kulit. Saya juga menyarankan ibu agar membeli produk
yang familier di masyarakat dan mengantongi ijin edar dari BPOM. Dari sini saya
dapat memetik hikmah bahwasanya edukasi terhadap masyarakat terutama yang kelas
menengah ke bawah akan bahaya pemakaian produk-produk illegal dan berbahaya itu
sangat penting. Bukankah produsen kosmetik illegal tersebut memang mengincar
masyarakat kelas sosial ini? Dimana harga murah dan hasil “memuaskan” merupakan
iming-iming yang maha dahsyat bagi pemenuhan hasrat akan wajah cantik.
Ketika
SMA dulu, teman-teman saya juga berlomba-lomba untuk mendapatkan predikat “cantik”
meski untuk memperolehnya terkadang malah harus mengorbankan wajah cantik itu
sendiri. Teman saya sebut saja Intan yang aslinya berkulit kuning membeli
sebuah produk whitening (saya lupa
namanya), alhasil beberapa waktu kemudian wajahnya benar-benar putih hingga
membuat teman saya yang lain sebut saja Permata tergiur dengan wajah putih si
Intan. Akhirnya Permata membeli produk yang sama dengan Intan, entah karena
apes atau apa bukannya mendapatkan kulit putih namun ternyata wajah Permata
terdapat semacam jerawat berukuran besar dan hampir menutupi semua bagian
wajahnya. Permata lama sekali tidak masuk sekolah dan harus menjalani perawatan
dokter. Menurut cerita teman-teman kosmetik yang dipakai Intan dan Permata
bukan kosmetik Indonesia dan keterangan pada kemasan juga belum di Bahasa
Indonesiakan, besar kemungkinan kosmetik tersebut merupakan kosmetik illegal.
Sebenarnya masih banyak lagi kisah-kisah tragis terkait pemakaian kosmetik
illegal dan beracun tersebut.
Bagi
saya pribadi, kulit cantik itu adalah kulit yang sehat sekalipun tak berona
putih, toh kulit asli wanita Indonesia yang cenderung coklat ini bukannya malah
eksotik? Bahkan bule-bule rela berjemur dalam waktu yang lama agar kulitnya
menyamai kita. Harusnya kita bangga donk, apalagi pigmen coklat pada kulit kita
merupakan perlindungan alami terhadap paparan sinar matahari juga dapat
menghambat radikal bebas.
Sebaiknya
kita tidak mudah terkecoh dengan kosmetik asing yang menawarkan kulit cerah
dalam waktu singkat. Belilah produk yang mengantongi ijin edar resmi dari BPOM.
Tanamkan pada alam bawah sadar kita bahwa cantik itu adalah kita apa adanya,
bukankah kecantikan alami lebih disenangi oleh lawan jenis juga? Jangan lupa
agar selalu bersyukur atas anugrah yang tuhan berikan kepada kita.
harus hati2 bgt pk kosmetik krn kalo salah efeknya ngeri juga
ReplyDeleteiya mak bener banget, sdh banyak contoh disekitar kita.
ReplyDeletejangan mudah kepincut sama janji janji manis, apalagi menjanjikan hasil cepat dengan biaya murah ..pasti ada efek nya deh ..sebaiknya pilih yang aman sudah bpom, asal jangan bpom abal-abal
ReplyDeletecream penghilang flek hitam ampuh
cream penghilang flek hitam tebal menahun