Oleh : Lamiati
Wisata Sejarah
Gambar 1. Pabrik Gula (1934) |
Pariwisata atau
turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan
juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini demikian definisi pariwisata
oleh Organisasi Pariwisata Dunia. Sejauh ini pariwisata sendiri sudah merupakan
suatu kebutuhan bagi banyak orang tak terkecuali saya pribadi. Hal ini terbukti
dari ramainya tempat-tempat pariwisata ketika musim liburan tiba. Orang-orang datang
ke berbagai daerah dan rela berjubelan pada suatu area rekreasi hanya untuk
mandapatkan “kesenangan” yang diharapkan kendati saat-saat tersebut harga tiket
masuk menuju wahana tujuan kian melambung namun kebanyakan dari mereka tak
mempermasalahkannya.
Pariwisata
sendiri juga memiliki banyak jenis menurut motif wisatawan untuk mengunjungi
suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut antara lain wisata budaya, wisata
bahari, wisata cagar alam, wisata konvensi, wisata pertanian, wisata buru dan
wisata ziarah (Pendit 1994 dalam Milala 2012). Selain jenis pariwisata yang
saya sebutkan sebelumnya, sebenarnya masih ada lagi jenis pariwisata yang juga
merupakan jujugan bagi para wisatawan yaitu wisata sejarah. Memang, dalam
berbagai literatur kepariwisaatan, wisata sejarah belum mendapatkan definisi
khusus karena wisata sejarah termasuk bagian dari wisata pusaka (heritage tourism). Organisasi Wisata
Dunia (World Tourism Organization) mendefinisikan pariwisata pusaka sebagai
kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, peninggalan budaya manusia, kesenian,
filosofi dan pranata dari wilayah lain.
Dalam
industri pariwisata, sejarah sangat potensial dimanfaatkan untuk pengembangan
pariwisata. Menjaga dan melestarikan sejarah sangat penting bagi suatu bangsa,
salah satu caranya adalah mengaitkannya dengan pariwisata. Hal ini dapat
dilakukan dengan menjadikan hal yang berkaitan dengan sejarah sebagai objek
pariwisata. Wisata sejarah sangat berkaitan erat dengan pengelolaan pusaka (heritage) sebagai warisan kebudayaan
masa lalu atau peninggalan alam. Di Indonesia sendiri heritageini diatur dalam UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya dan dalam undang-undang tersebut benda cagar budaya baik benda buatan
manusia maunpun benda alam adalah benda yang dianggap mempunyai nilai penting
bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Sebagai bagian dari wisata
pusaka, wisata sejarah merupakan atraksi pariwisata minat khusus, bukan
pariwisata bersifat massal. Jika pariwisata massal menekankan pada aspek
kesenangan maka wisata sejarah lebih menekankan pada aspek pengalaman dan
pengetahuan. Selain itu berbagai penelitian juga menyimpulkan bahwa pariwisata
pusaka adalah bagian dari industri pariwisata yang paling maju perkembangannya
(Cahyadi 2009 dalam Gustiawan 2012).
Wisata Sejarah Pabrik Gula
Salah
satu jenis pariwisata sejarah yang layak digalakkan menurut saya adalah wisata
sejarah pabrik gula. Masa lalu Indonesia tak bisa lepas dari seluk beluk
pergulaan dimana Indonesia pernah menobatkan diri sebagai bangsa pengekspor
gula terbesar di dunia setelah Cuba pada 1930-1940. Masa lalu Indonesia sebagai
salah satu negara koloni Belanda tentu tidak bisa dipisahkan dari sejarah
tentang perkebunan dan pemanfaatan hasil bumi. Hasil bumi ini pula yang
mengundang banyak pendatang dari bangsa eropa untuk singgah dan membuka jalur
perdagangan. Hasil bumi yang berlimpah menjadi lahan baru bagi bangsa kolonial
untuk masuk ke indonesia dan memanfaatkannya untuk kejayaan dan kebutuhan
ekonomi bangsa eropa. Salah satu primadona dari perkebunan indonesia yang
sempat mendunia adalah industri perkebunan tebu sebagai bahan baku pembuatan
gula. Walau asal-usul gula sudah lama dikenal namun gula kristal yang berasal
dari tebu masih merupakan barang yang mewah pada awal abad ke-17.
Sejarah
dan perkembangan gula telah banyak dibahas dan diceritakan di berbagai sumber.
Khusus untuk di Indonesia sendiri, mengenai sejarah permulaan produksi gula
dari tanaman tebu masih diperdebatkan. Sejarah tanaman tebu sebagai bahan utama
pembuatan kristal gula diperkirakan telah dibudidayakan di Jawa. Adalah
I-Tsing, perantau dari China mencatat bahwa pada tahun 895 SM, gula dari sari
tebu dan nira kelapa sudah diperdagangkan di Nusantara, jauh sebelum Belanda
datang. Namun menurut Marcopolo, hingga abad ke-12 di pulau Jawa belum berkembang
industri gula seperti yang telah berkembang di China dan India. Justru
kedatangan bangsa eropa khususnya Belanda pada abad ke-17 lah yang
memperkenalkan tanaman tebu dan mengembangkan industri gula di tanah Jawa dan Nusantara.
Pada pertengahan abad ke-17, industri gula mulai didirikan di daerah selatan
Batavia, dan dikelola oleh orang-orang China bersama para pejabat baik dari
pihak Bumi Putera maupun dari pihak VOC. Pengolahan gula saat itu masih
berjalan dengan proses yang sangat sederhana dan masih menggunakan hewan
seperti kuda dan sapi sebagai mesin penggerak (Isackfarady, 2012).
Potensi Wisata Sejarah Pabrik Gula
Di PTPN X
Sebagai
salah satu BUMN yang membawahi 11 pabrik gula peninggalan Kolonial Belanda, PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) kini
berusaha memanfaatkan keberadaan pabrik gula yang dimilikinya sebagai wahana
wisata sejarah. BUMN yang terletak di provinsi Jawa Timur ini berusaha
memanfaatkan potensi asset berupa lahan dan bangunan sebagai sumber pendapatan baru. PTPN X (Persero)
mulai mengembangkan potensi wisata sejarah di 11 pabrik gula peninggalan
Kolonial Belanda. Ke 11 pabrik yang yang dimaksud adalah :
- PG.
Watoetoelis di Kecamatan Prambon, Sidoarjo
- PG.
Toelangan di Kecamatan Tulangan, Sidoarjo
- PG.
Kremboong di Kecamatan Krembung, Sidoarjo
- PG.
Gempolkrep di Kecamatan Gedek, Mojokerto
- PG.
Djombang Baru di Kecamatan Jombang, Jombang
- PG.
Tjoekir di Kecamatan Diwek, Jombang
- PG.
Lestari di Kecamatan Patianworo
- PG.
Meritjan di Kecamatan Mojoroto, Kediri
- PG.
Pesantren Baru di Kecamatan Pesantren
- PG.
Ngadirejo di Kecamatan Kras, Kediri
- PG.
Modjopanggoong di Kecamatan Kauman, Tulungagung.
Potensi
pabrik gula di lingkup PTPN X sebagai wahana wisata sejarah diantaranya adalah
karena sebagian besar kondisi bangunan dan mesin produksinya masih asli buatan
tahun 1800 hingga 1900-an. Bahkan di sejumlah pabrik gula masih terdapat kereta
api dengan tenaga mesin ketel uap yang difungsikan untuk mengangkut tebu. Dari
sini tentu saja dapat dipahami bahwa potensi sejarahnya sangat besar sekali
karena para wisatawan dapat berinteraksi secara langsung dengan benda-benda
sejarah tersebut secara langsung. Para wisatawan tentunya dapat menikmati suasana
kolonial dalam konteks modern.
Setiap
pabrik gula yang dimiliki PTPN X memiliki sejarah masing-masing yang tentunya
terdapat perbedaan antara pabrik gula yang satu dengan yang lainnya. Hal
tersebut tentu saja dapat memicu rasa penasaran para wisatawan terkait sejarah
kemunculan pabrik gula tersebut. Meski sama-sama pabrik gula dengan fungsi yang
sama yaitu memproduksi gula namun ke-11 pabrik tersebut tentunya memiliki
perbedaan mulai dari tahun didirikan, pendiri hingga bentuk bangunan beserta
fasilitasnya. Misalnya saja pabrik gula Toelangan yang didirikan pada tahun
1850 oleh Pemerintah Belanda awalnya bernama N.V. Matsechappy Tot Exploitatie de Suiker Ondernamingen Kremboong en
Toelangan hingga berubah namanya seperti Sekarang. Begitu juga dengan pabrik
gula Djombang Baru yang berdiri pada tahun 1895 oleh Belanda atas nama Direksi
AMEMAET & Co. Pabrik gula Tjoekir didirikan pada tahun 1884 oleh NV. Kody en Coster Van Housf Tjoekir
juga pabrik gula Ngadirejo yang berdiri pada tahun 1912 oleh perusahaan swasta
Belanda yaitu NV. HVA (Handels Verniging
Amsterdam). Pabrik gula lainnya selain ke empat pabrik gula di atas
tentunya juga memiliki sejarah yang berbeda dan ini menurut saya merupakan daya
tarik tersendiri bagi wisatawan yang haus akan pengetahuan.
Potensi
selanjutnya adalah karena PTPN X memiliki sumber daya manusia (SDM) dan dana
yang mumpuni untuk mensukseskan program wisata sejarah yang mereka luncurkan.
Hal tersebut terbukti dari keseriusan mereka dalam melakukan persiapan,
misalnya yang dilakukan oleh Bidang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) PTPN X yang telah mencanangkan program kebersihan dan penghijauan di
lingkungan pabrik gula sebagai pendukung wisata sejarah. Program penghijauan
sendiri sudah digelar Sejak 2011 dengan target penanaman sekitar 100 ribu
berbagai jenis bibit tanaman.
Lokasi
pabrik gula yang strategis dan
berdekatan dengan berbagai tempat wisata menarik lainnya semakin menjadikan
pabrik-pabrik gula PTPN X potensial dijadikan wahana wisata sejarah. Selain
itu, lokasi yang berdekatan dengan tempat pendidikan juga fasilitas umum lain
dapat menjadi pendukung program wisata sejarah pabrik gula PTPN X.
Berdasarkan
definisi wisata sejarah di atas dan peran pabrik gula di PTPN X dalam
konstelasi sejarah nasional, maka pabrik-pabrik gula ini sangat berpotensi
dikembangkan menjadi salah satu daerah tujuan wisata sejarah. Kriteria daerah
tujuan wisata diatur dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor
PM.37/UM.001/MKP/07 tentang Kriteria dan Penetapan Destinasi Pariwisata
Unggulan. Kriteria tersebut adalah (a)ketersediaan sumber daya dan daya tarik
wisata; (b)fasilitas pariwisata dan fasilitas umum; (c)aksesibilitas;
(d)kesiapan dan keterlibatan masyarakat; (e)potensi pasar; dan (f)posisi
strategis pariwisata dalam pembangunan daerah. Enam hal ini menurut saya juga
dimiliki oleh PTPN X namun tetap perlu digali lagi untuk mengangkat
pabrik-pabrik gula di PTPN X menjadi daerah tujuan wisata sejarah. Semoga
nantinya pabrik-pabrik gula di PTPN X
dapat menjadi destinasi wisata sejarah dalam profil pariwisata nasional.
Strategi Pemasaran Wisata Sejarah
Pabrik Gula PTPN X
Pariwisata
merupakan industri di bidang jasa dan dalam pemasaran pariwisata, jasa Itulah
yang penting bagi pengunjung. Pemasaran pariwisata sebagai sebagian dari
pemasaran jasa tidak dapat mengandalkan pemasaran eksternal semata, tetapi juga
melibatkan pemasaran internal dan pemasaran interaktif. Pemasaran internal
adalah usaha perusahaan dalam meningkatkan kemampuan kerja tim karyawan yang
terlibat langsung dengan pelanggan untuk meningkatkan kepuasan. Permasaran
interaktif adalah kualitas pelayanan yang sangat tergantung pada interaksi
antara karyawan dan pelanggan. Untuk itu PTPN X perlu mengadakan pelatihan bagi
karyawannya khususnya bagi mereka yang akan terjun langsung menangani program
wisata sejarah. Mereka adalah karyawan yang dimaksudkan untuk menjadi pemandu
wisata (guide) juga bagi mereka yang
akan mendapat tugas lain seperti satpam, menjaga wahana/area tertentu dan
lain-lain. Para karyawan yang bertugas mengurus wisata dapat menuangkan ide-ide
menarik yang tentunya berguna untuk menarik perhatian wisatawan serta
meninggalkan kesan tak terlupakan, misalnya para karyawan yang bertugas di
lokasi wisata berdandan ala jaman kolonial Belanda untuk menciptakan suasana
pabrik gula jaman dahulu. Selain itu aspek ramah tamah serta keamanan juga
penting diterapkan demi kenyamanan para pengunjung. PTPN X juga dapat
mamanfaatkan masyarakat sekitar dengan merekrut mereka menjadi guide professional maupun untuk mengemban
tugas lainnya sehingga wisata sejarah ini juga dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat sekitar.
Potensi
pasar wisatawan untuk wisata sejarah pabrik gula PTPN X yang dapat ditemukenali
antara lain adalah orang-orang Belanda atau Jepang sebagai bekas penguasa
kolonial, wisatawan domestik yang bukan maupun yang memiliki ikatan sejarah
dengannya, pelajar dan mahasiswa serta komunitas pecinta sejarah dan pusaka.
Seperti halnya gula, diharapkan wisata sejarah pabrik gula ini dapat
digandrungi oleh semua lapisan masyarakat baik domestik maupun mancanegara.
Promosi dapat dilakukan kepada para pelajar dari berbagai jenjang hingga pada kepada
ibu-ibu PKK melalui beragam metode promosi yang sesuai dengan sasaran. PTPN X
dapat bekerjasama dengan sekolah-sekolah misalnya agar sekolah-sekolah tersebut
mengunjungi pabrik gula sebagai bagian dari materi pelajaran sejarah. PTPN X
juga dapat melakukan kunjungan ke sekolah maupun kampus untuk memberikan kuliah
tamu tentang sejarah pabrik gula sehingga dapat memacu rasa penasaran peserta
untuk berkunjung ke lokasi wisata sejarah pabrik gula. Selain itu, PTPN X agar
lebih mudah memberikan akses bagi insan pendidikan dalam hal melakukan riset
untuk keperluan tertentu terkait pergulaan.
Untuk
strategi pemasaran pariwisata dapat dikembangkan dengan strategi pengembangan
pasar dan strategi diversifikasi. Wisata sejarah pabrik gula PTPN X dalam hal
pengembangan pasar dapat dilakukan dengan pengoptimalan promosi wisata sejarah
kepada wisatawan potensial yang telah ditemukenali sebelumnya. Promosi lain
yang perlu dilakukan adalah dengan menggunakan media cetak maupun online. Penggunaan
media cetak dapat dengan menerbitkan brosur, pamflet, leaflet dan lain-lain. Penggunaan media online dapat
memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan juga website resmi
PTPN X. Dalam hal ini PTPN X dapat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah yaitu
dengan mencantumkan pabrik-pabrik gula PTPN X sebagai salah satu wisata andalan
yang mereka cantumkan di website resmi Kabupaten Sidoarjo, Mojokerto, Jombang,
Nganjuk dan Kediri. PTPN X juga dapat berpromosi di website resmi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, Official
Blog dari Badan Perpustakaan dan Kearsipan Jawa Timur serta dapat
berpromosi di website maupun blog lainnya.
Selain
SDM yang professional dan promosi melalui berbagai media perlu juga dukungan
infrastruktur wisata yang memadai. Pembenahan maupun penambahan infrastrukur
perlu dilakukan bagi kelancaran program wisata sejarah ini. Fasilitas publik
seperti tempat ibadah, toilet yang bersih, spot-spot peristirahatan pengunjung
hingga foodcourt perlu menjadi
pertimbangan PTPN X untuk disediakan. Jangan sampai pengunjung merasa bosan
atau kapok berkunjung ke wisata sejarah pabrik gula PTPN X hanya karena infrastruktur
dan fasilitas yang dianggap tidak memadai.
Oleh
karena itu sangat perlu untuk memberikan pemahaman sejarah kepada pelaku pariwisata
di lingkungan PTPN X. Penetrasi pasar dapat dilakukan dengan memanfaatkan jasa
perantara wisata dan aktif mengikuti pameran wisata. PTPN X dapat memanfaatkan
masyarakat sekitar untuk menjadi promotor wisata ke berbagai kalangan. Selain
itu PTPN X juga dapat melakukan promosi dengan mengikuti pameran wisata baik
yang berskala Nasional maupun Internasional dengan harapan dapat menarik
pengunjung sebanyak mungkin.
Strategi
diversifikasi dapat dilakukan dengan membuat paket wisata sejarah yang bisa
dikombinasikan dengan wisata andalan lain yang ada di sekitar lokasi wisata
sejarah pabrik gula PTPN X. Dalam hal ini PTPN X dapat bekerjasama dengan biro
perjalanan/agen pariwisata daerah. Kemudian promosi yang dikemas dengan beragam
bentuk semisal brosur dapat di tempatkan di tempat-tempat strategis seperti
Bandara, Stasiun dan tempat umum lainnya. Dapat juga dipromosikan instansi
pendidikan maupun kantor-kantor perusahaan target promosi.
PTPN
X dapat memanfaatkan moment-moment tertentu yang biasa dilakukan oleh pabrik
gula untuk memulai musim giling. Misalnya yang dilakukan oleh pabrik gula
Meritjan yang mengadakan ritual mantenan tebu untuk menyambut datangnya musim
giling. Menurut saya, moment seperti ini dapat dijadikan salah satu cara untuk
menggaet para wisatawan datang ke lokasi wisata sejarah pabrik gula PTPN X.
Mengadakan
promo spesial di waktu-waktu tertentu. Misalnya dengan memberikan diskon khusus
bagi pelajar dan mahasiswa, buy one get
one free bagi pengunjung yang datang beserta pasangan/keluarga di hari-hari
tertentu dan bagi pengunjung yang beruntung, mengadakan promo gula murah meriah
bagi para pengunjung dan bisa juga dengan mengadakan undian-undian tertentu.
Pembuatan
dan penjualan souvenir juga dapat menjadi mendapatan alternative untuk pabrik
gula PTPN X. Pembuatannya sendiri dapat memanfaatkan jasa masyarakat sekitar
dengan mengadakan pelatihan terlebih dahulu. Dengan cara ini masyarakat maupun
pihak penyelenggara pariwisata sama-sama diuntungkan secara ekonomi.
Selain
beberapa hal yang saya sebutkan di atas jangan lupa juga bahwa dalam merumuskan
strategi pemasaran pariwisata perlu dilakukan analisis atas kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan. Kemudian yang tak kalah penting adalah
mengurus legalitas dari wisata sejarah itu sendiri agar tidak menimbulkan
permasalahan di kemudian hari.
Sebagai
industri jasa, kepuasan pengunjung pariwisata merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan. Kepuasan pengunjung ini berkaitan erat dengan kualitas layanan
wisata. Kualitas pelayanan dirumuskan sebagai fungsi dari persepsi dan
ekspektasi jasa yang dimiliki oleh pengunjung.
Kesimpulan
Saya
sebagai salah satu penikmat wisata khususnya wisata sejarah sangat mendukung
penuh rencana PTPN X untuk mewujudkan wisata sejarah pabrik gula. Dengan segala
keunggulannya, wisata sejarah yang digalang oleh PTPN X ini sangatlah potensial
di industri pariwisata, harapannya dapat menjadi bagian dari profil pariwisata
Nasional bahkan Internasional.
Wisata
sejarah pabrik gula diharapkan juga mampu meningkatkan profit bagi perusahaan
dan masyarakat sekitar pabrik gula yang turut berkecimpung dalam industri
wisata ini. Profit yang diperoleh tidak hanya berupa materi namun juga semakin
melambungnya citra positif suatu daerah di mata Nasional/Internasional.
Bagi
para pengunjung sendiri tentu akan diuntungkan secara keilmuan sehingga dengan
mendatangi wisata sejarah ini selain sebagai sarana untuk mencari kesenangan
juga berguna untuk menutrisi otak dengan berbagai ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari lokasi wisata.
Wisata Sejarah Pabrik
Gula PTPN X! Mencerdaskan Bangsa, Kebanggaan Kita Semua.
Referensi
:
Rekohadi, D.
2012. 11 Pabrik Gula Jadi Wiasata
Heritage. www.tribunnews.com/2012/06/16/11-pabrik-gula-jadi-wisata-heritage
Gustiawan, W.
2012. Wisata Objek Sejarah dan Potensinya. http://harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=14736:wisata-objek-sejarah-dan-potensinya&catid=11:opini&Itemid=83
Anton. 2012.
Sejarah Pabrik Gula Toelangan. http://sejarahpabrikgula.blogspot.com/?m=0
Sejarah
Perusahaan PG. Djombang Baru. http://pabrikguladjombangbaru.blogspot.com/?m=0
Suprapto, A.
2011. Pabrik Gula Tjoekir dan Sejarahmu. http://agussuprapto.blogspot.com/2011/10/pabrik-gula-tjoekir-dan-sejarahmu.html?m=1
Perjalanan
Asmara Pengantin Tebu. http://jawatimuran.wordpress.com/2011/11/15/perjalanan-asmara-pengantin-tebu/
Tatries. 2011.
PG Ngadiredjo PTPN X (Persero). http://tatries.wordpress.com/2011/06/03/9/
Pariwisata. http://id.wikipedia.org/wiki/pariwisata
Milala, J. 2012.
Jenis-jenis Pariwisata. http://limamarga.blogspot.com/2012/04/jenis-jenis-pariwisata.html?m=1
Kusuma, A. 2010.
Sejarah Keberadaan Pabrik Gula di Indonesia. http://noenkcahyana.blogspot.com/2010/10/sejarah-keberadaan-pabrik-gula-di.html?m=1
Isackfarady.
2012. Museum Gula, Manisnya Sejarah Gula Indonesia. http://isackfarady.wordpress.com/2012/01/30/museum-gula-manisnya-sejarah-gula-indonesia/
(f)
ReplyDelete